pajak pertambahan nilai
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT
karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nyalah saya dapat menyelesaikan makalah
ini. Tak lupa pula shalawat dan salam terus mengalir kepada baginda Muhammad
SAW, yang telah membawa alam ini dari kegelapan menuju kea lam yang terang
benderang seperti sekarang ini. Dan dari zaman kebodohan hingga zaman modern.
Makalah yang berjudulkan Pajak Pertambahan nilai,
akhirnya terselesaikan dengan tepat waktu dan semoga dapat memberi manfaat bagi
teman-teman sekalian. Saya menyadarai bahwa makalah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan, saya berharap kritikan yang membangun untuk kemajuan makalah ini.
Saya juga manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dam makhluk social yang
tak dapat hidup sendiri tanpa masukan dari teman-teman.
Makassar, 19 mei 2013
PENYUSUN
BAB I
PENDAHULUAN
1.
LATAR
BELAKANG
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan
atas setiap pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen
kekonsumen. Dalam bahasa inggris, PPN disebut Value Added Tax (VAT) atau
Goods and Services Tax (GST). PPN termasuk jenis pajak tidak langsung,
maksudnya pajak tersebut disetor oleh pihak lain (pedagang) yang bukan
penanggung pajak atau dengan kata lain, penanggung pajak (konsumen akhir) tidak
menyetorkan langsung pajak yang ia tanggung.
Mekanisme pemungutan, penyetoran, dan pelaporan PPN ada pada
pihak pedagang atau produsen sehingga muncul istilah Pengusaha Kena Pajak yang
disingkat PKP. Dalam perhitungan PPN yang harus disetor oleh PKP, dikenal
istilah pajak keluaran dan pajak masukan. Pajak keluaran adalah PPN yang
dipungut ketika PKP menjual produknya, sedangkan pajak masukan adalah PPN yang
dibayar ketika PKP membeli, memperoleh, atau membuat produknya.
Indonesia
menganut sistem tarif tunggal untuk PPN, yaitu sebesar 10 persen. Dasar hukum
utama yang digunakan untuk penerapan PPN di Indonesia adalah Undang-Undang No.
8 Tahun 1983 berikut perubahannya, yaitu Undang-Undang No. 11 Tahun1994,
Undang-Undang No. 18 Tahun2000, dan Undang_Undang No. 42 Tahun2009.
Karakteristik
pajak pertambahan nilai adalah sebagai berikut:
- Pajak tidak langsung, maksudnya pemikul beban pajak dan penanggung jawab atas pembayaran pajak ke kantor pelayanan pajak adalah subjek yang berbeda.
- Multitahap, maksudnya pajak dikenakan di tiap mata rantai produksi dan distribusi.
- Pajak objektif, maksudnya pengenaan pajak didasarkan pada objek pajak.
- Menghindari pengenaan pajak berganda.
- Dihitung dengan metode pengurangan tidak langsung (indirect subtraction), yaitu dengan memperhitungkan besaran pajak masukan dan pajak keluaran.
2.
RUMUSAN
MASALAH
Dari
penjelasan bab sebelumnya timbul pertanyaan atau rumusan masalah yaitu:
·
Pengecualian dalam pengenaan pajak
pertambahan nilai.
·
Unsur-unsur pengenaan pajak pertambahan
nilai.
·
Mekanisme pembayaran pajak pertambahan
nilai.
·
Kapan saat pelaporan pajak pertambahan
nilai.
3.
TUJUAN
Tujuan pembuatan makalah ini adalah agar kita lebih
memahami pembahasan mengenai pajak pertambahan nilai. Dan dapat memudahkan
dalam pengaplikasian dalam dunia kerja.
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Pengecualian
dalam pengenaan pajak pertambahan nilai.
Pada
dasarnya semua barang dan jasa merupakan barang kena pajak dan jasa kena pajak,
sehingga dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), kecuali jenis barang dan
jenis jasa sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 4A Undang-Undang No. 8/1983
tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang No.
18/2000 tidak dikenakan PPN, yaitu:
Barang tidak kena PPN
Ø barang hasil pertambangan atau hasil
pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya meliputi:
·
minyak mentah (crude oil).
·
Gas
bumi tidak termasuk gas bumi seperti elpiji yang siap dikonsumsi langsung oleh
masyarakat.
·
Panas
bumi.
·
asbes,
batu tulis, batu setengah permata,batu kapur, batu apung, batu
permata,bentonit, dolomit, felspar (feldspar), garam batu (halite), grafit,
granit/andesit, gips,kalsit, kaolin, leusit, magnesit, mika, marmer, nitrat,
opsidien, oker, pasir dan kerikil, pasir kuarsa, perlit, fosfat(phospat), talk,
tanah serap (fullers earth),tanah diatome, tanah liat, tawas (alum),tras,
yarosif, zeolit, basal, dan trakkit.
·
Batu
bara sebelum diproses menjadi briket batu bara dan.
·
Bijih
besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel , bijih perak,
Ø Barang-barang kebutuhan pokok yang
sangat dibutuhkan oleh masyarakat, meliputi:
·
Beras
·
Gabah
·
Jagung
·
Sagu
·
Kedelai
·
Garam
, baik yang beryodium maupun yang tidak beryodium
·
Daging
, yaitu daging segar yang tanpa diolah, tetapi telah melalui proses disembelih,
dikuliti, dipotong, didinginkan,dibekukan, dikemas atau tidak dikemas,digarami,
dikapur, diasamkan, diawetkan dengan cara lain, dan/atau direbus.
·
Telur
, yaitu telur yang tidak diolah,termasuk telur yang dibersihkan,diasinkan, atau
dikemas
·
Susu
, yaitu susu perah baik yang telah melalui proses didinginkan maupun
dipanaskan, tidak mengandung tambahan gula atau bahan lainnya, dan/atau dikemas
atau tidak dikemas
·
Buah-buahan,
yaitu buah-buahan segar yang dipetik, baik yang telah melalui proses dicuci,
disortasi, dikupas,dipotong, diiris, di-grading, dan/atau dikemas atau tidak
dikemas
·
Sayur-sayuran,
yaitu sayuran
segar yang dipetik, dicuci,
ditiriskan, dan/atau disimpan pada suhu rendah, termasuk sayuran segar yang
dicacah
Jasa tidak kena PPN
- jasa pelayanan kesehatan medis, meliputi:
- Jasa dokter umum, dokter spesialis, dan dokter gigi.
- Jasa dokter hewan.
- Jasa ahli kesehatan, seperti ahli akupunktur,ahli gigi, ahli gizi, dan ahli fisoterapi.
- Jasa kebidanan dandukun bayi.
- Jasa paramedis dan perawat.
- Jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan, laboratorium kesehatan, dan sanatorium.
- Jasa psikolog dan psikiater (konsultan kesehatan)
- Jasa pengobatan alternatif, termasuk yang dilakukan oleh paranormal.
- jasa pelayanan sosial, meliputi:
- Jasa pelayanan panti asuhan danpantu jompo.
- Jasa pemadam kebakaran.
- Jasa pemberian pertolongan pada kecelakaan.
- Jasa lembaga rehabilitasi.
- jasa penyediaan rumah duka atau jasa pemakaman, termasuk krematorium.
- jasa di bidang olah raga kecuali yang bersifat komersial.
- jasa pengiriman surat dengan perangko meliputi jasa pengiriman surat dengan menggunakan perangko tempel danmenggunakan cara lain pengganti perangko tempel.
- jasa keuangan, meliputi:
- jasa menghimpun dana dari masyarakat berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu.
- jasa menempatkan dana, meminjam dana, atau meminjamkan dana kepada pihak lain dengan menggunakan surat,sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek, atau sarana lainnya.
- jasa pembiayaan, termasuk pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, berupa:
a) sewa guna usaha dengan hak opsi;
b) anjak piutang;
c) usaha kartu kredit; dan/atau
d) pembiayaan konsumen;.
- jasa penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai, termasuk gadai syariah dan fidusia
- jasa penjaminan
- jasa asuransi
- jasa keagamaan, meliputi:
- Jasa pelayanan rumah ibadah.
- Jasa pemberian khotbah atau dakwah.
- jasa penyelenggaraan kegiatan keagamaan
- Jasa lainnya di bidang keagamaan.
- jasa pendidikan, meliputi:
- Jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah, seperti jasa penyelenggaraan pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik, dan pendidikan profesional.
- Jasa penyelenggaraan pendidikan luar sekolah.
- jasa kesenian dan hiburan yang telah dikenakan pajak tontonan termasuk jasa di bidang kesenian yang tidak bersifat komersial, seperti pementasan kesenian tradisional yang diselenggarakan secara cuma-cuma.
- jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan
- jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri.
- jasa tenaga kerja, meliputi:
- jasa tenaga kerja.
- jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang pengusaha penyedia tenaga kerja tidak bertanggung jawab atas hasil kerja dari tenaga kerja tersebut.
- Jasa penyelenggaraan pelatihan bagi tenaga kerja.
- jasa perhotelan, meliputi:
- Jasa persewaan kamar termasuk tambahannya di hotel, rumah penginapan, motel, losmen, hostel , serta fasilitas yang terkait dengan kegiatan perhotelan untuk tamu yang menginap.
- Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel, rumah penginapan, motel, losmen, dan hostel.
- jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum
- jasa penyediaan tempat parkir
- jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam
- jasa pengiriman uang dengan wesel pos
- jasa boga atau katering
3. unsur – unsur pengenaan pajak
pertambahan nilai.
Unsur-unsur
yang harus dipenuhi untuk dapat dikenakan PPN adalah:
1.adanya penyerahan;
2.yang
diserahkan adalah Barang Kena Pajak (BKP);
3.yang
menyerahkan adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP);
4.penyerahannya
harus di Daerah Pabean, yaitu daerah Republik Indonesia;
5.PKP
yang menyerahkan harus dalam lingkungan perusahaan /pekerjaannya terhadap
barang yang dihasilkan.
Penyerahan
yang dikenakan PPN meliputi:
1.penyerahan
hak karena suatu perjanjian;
2.pengalihan
barang karena suatu perjanjian sewa-beli dan perjanjian leasing;
3.penyerahan
kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang;
4.pemakaian
sendiri dan pemberian cuma-cuma;
5.penyerahan
likuidasi atas aktiva yang tujuan semula tidak untuk diperjuabelikan, yang
masih tersisa pada saat pembubaran, sepanjang PPN sewaktu memperoleh aktiva
dapat dikreditkan menurut perundang-undangan perpajakan yang bersangkutan;
6. penyerahan dari cabang ke cabang lainnya, atau dari pusat ke cabang atau sebaliknya.
6. penyerahan dari cabang ke cabang lainnya, atau dari pusat ke cabang atau sebaliknya.
7.penyerahan
secara konsinyasi.
4. Mekanisme pembayaran pajak
pertambahan nilai.
MEKANISME PEMBAYARAN PPN
Pembayaran
PPN dapat dilakukan dengan cara menitipkan uang pajak kepada pihak penjual
(pihak yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak) yang telah berstatus
sebagai Pengusaha Kena Pajak, atau dengan cara membayarkannya secara langsung
ke negara.
1. Pembayaran PPN dengan Menitipkan
Ke Pihak Penjual
Pembayaran
PPN dengan cara menitipkan uang pembayarannya kepada pihak penjual, yaitu pihak
yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak dan telah berstatus
sebagai Pengusaha Kena Pajak, dilakukan dalam hal terjadi konsumsi Barang Kena
Pajak atau Jasa Kena Pajak oleh siapapun dari pihak penjual atau pihak yang
menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak tersebut. Cara seperti ini
merupakan cara yang paling umum dilakukan dan dikenal dengan mekanisme umum.
Dengan mekanisme ini, pihak penjual atau pihak yang menyerahkan Barang Kena
Pajak atau Jasa Kena Pajak tersebut akan mendapatkan aliran uang masuk (cash
inflow) berupa Pajak Pertambahan Nilai (Pajak Keluaran). Pajak Keluaran yang
telah diterima dan merupakan cash inflow tersebut, akan disetorkan atau tidak
disetorkan ke negara, tergantung kepada hasil pertandingan antara Pajak
Keluaran tersebut dengan Pajak Masukan atau Cash Outflow.
2.Pembayaran PPN Secara Langsung ke
Negara
Mekanisme
pembayaran Pajak Pertambahan Nilai dengan cara membayarkan secara langsung ke
negara, dilakukan apabila:
a.
Dalam hal Pengusaha Kena Pajak menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena
Pajak kepada Instansi Pemerintah, dimana instansi pemerintah tidak menitipkan
uang pembayaran PPN kepada pihak penjual, melainkan langsung menyetorkannya ke
negara;
b. Dalam hal terjadi impor Barang Kena Pajak, dimana pihak yang melakukan impor akan membayar PPN secara langsung ke negara sebagai bagian dari persyaratan untuk menebus Barang Kena Pajak yang diimpornya;
b. Dalam hal terjadi impor Barang Kena Pajak, dimana pihak yang melakukan impor akan membayar PPN secara langsung ke negara sebagai bagian dari persyaratan untuk menebus Barang Kena Pajak yang diimpornya;
c.
Dalam hal terjadi pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar daerah pabean, dimana
pihak yang memanfaatkan Jasa Kena Pajak akan menyetor sendiri PPN yang terutang
dengan menggunakan Surat Setoran Pajak yang berfungsi sebagai Faktur Pajak
Standar;
d. Dalam hal terjadi pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean, dimana pihak yang memanfaatkan Barang Kena Pajak tidak berwujud tersebut akan menyetor sendiri PPN yang terutang dengan menggunakan Surat Setoran Pajak yang berfungsi sebagai Faktur Pajak Standar;
d. Dalam hal terjadi pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean, dimana pihak yang memanfaatkan Barang Kena Pajak tidak berwujud tersebut akan menyetor sendiri PPN yang terutang dengan menggunakan Surat Setoran Pajak yang berfungsi sebagai Faktur Pajak Standar;
e.
Dalam hal terjadi kegiatan membangun bangunan yang dilakukan sendiri, apabila
persyaratan-persyaratannya dipenuhi;
f.
Dalam hal terjadi penyerahan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan, apabila persyaratan-persyaratannya dipenuhi;
g.
Dalam hal SPT Masa PPN berstatus kurang bayar yang disebabkan oleh jumlah Pajak
Keluaran yang lebih besar dibandingkan dengan jumlah Pajak Masukan, dimana
batas paling lambat untuk menyetorkan selisihnya (Pajak Keluaran –VS- Pajak
Masukan) adalah pada tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya. Terdapat
Pengusaha Kena Pajak tertentu yang Dasar Pengenaan Pajaknya menggunakan Nilai
Lain, artinya jumlah Pajak Masukannya dianggap (deemed) selalu lebih kecil
dibandingkan dengan jumlah Pajak Keluarannya, sehingga SPT Masa PPN-nya selalu
berstatus kurang bayar.
5. Kapan saat pelaporan pajak
pertambahan nilai.
Saat
pelaporan pajak pertambahan nilai yaitu :
1.
PPN yang dihitung sendiri oleh PKP, harus dilaporkan dalam SPT Masa dan
disampaikan kepada Kantor Pelayanan Pajak setempat selambat-lambatnya 20 hari
setelah Masa Pajak berakhir.
2.
PPN yang tercantum dalam SKPKB, SKPKBT, dan STP yang telah dilunasi segera dilaporkan
ke KPP yang menerbitkan.
3.
PPN yang pemungutannya dilakukan oleh :
a.
Bendaharawan Pemerintah harus dilaporkan selambat-lambatnya 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir.
b.
Pemungut Pajak Pertambahan Nilai selain Bendaharawan Pemerintah harus
dilaporkan selambat-lambatnya 20 hari setelah Masa Pajak berakhir.
c.
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai atas Impor, harus dilaporkan secara mingguan
selambat-lambatnya 7 hari setelah batas waktu penyetoran pajak berakhir.
4.
Untuk penyerahan gula pasir dan tepung terigu oleh BULOG, maka PPN dihitung
sendiri oleh PKP, harus dilaporkan dalam SPT Masa dan disampaikan kepada KPP
setempat selambat-lambatnya 20 hari setelah Masa Pajak berakhir.
apabila tanggal jatuh tempo pelaporan jatuh pada hari libur, maka pelaporan harus dilaksanakan pada hari kerja sebelum tanggal jatuh tempo.
apabila tanggal jatuh tempo pelaporan jatuh pada hari libur, maka pelaporan harus dilaksanakan pada hari kerja sebelum tanggal jatuh tempo.
BAB III
PENUTUP
Ø KESIMPULAN
Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) adalah pajak yang dikenakan atas :
a.Penyerahan
Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha;
b.Impor
Barang Kena Pajak;
c.Penyerahan
Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha;
d.Pemanfaatan
Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah .
Pabean;
e.Pemanfaatan
Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean; atau
f.Ekspor
Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.
Mekanisme
pembayaran pajak pertambahan nilai dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
1. Pembayaran
PPN dengan menitipkan kepada penjual
2. Pembayaran
PPN secara langsung kepada Negara
DAFTAR
PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar